Sabtu, 31 Juli 2010

Crying Rain (Indonesia version)

Hujan yang mulai jatuh meleleh ke aspal kering
Dingin ini membungkus tanganku yang dicampur dengan sedikit demam
Tanpa melihat air mata aku berjalan balik ke sesuatu hal
Sampai akhirnya aku bahkan mengkhianatimu
Tapi kau tahu, itu dapat mengubahku tetap seperti ini sampai aku akan membuang harapanku
Selalu denganmu aku ingin melihat mimpi yang sama sepertimu ...

Hari-hari yang berulang adalah memendam kita lebih dan lebih
Bahkan yang dicat pada hari itu
Malam menjatuhkan ke bawah dan tidak pernah berhenti menangis
Malam menangis menangis
Hujan yang mulai jatuh dan mengambil dalam hembusan bumi dengan angin
Dikumpulkan setengah hati, wajahku tercermin dalam genangan air.

Apakah keberatan? Hanya ada satu jawaban
Ini adalah hasil yang lahir dari penderitaan Tolong jangan tanya saya lagi
Jika saya menyalahkan diri sendiri akan perasaan saya, menjadi sedikit lebih nyaman?
Dengar, selalu aku hanya berpura-pura menjadi korban

Aku berjalan dibaris kemunafikanku bahkan jika kita tertawa bersama
Hujan mencuci segalanya
Yang benar adalah bahwa aku menangis pada hari, kau bilang sudah berakhir dan
senyum palsuku mencair

Aku terus meragukan, aku merana
Karena aku pikir aku bisa hidup menjadi kuat
Aku terus meragukan, aku merana
Sampai kita bisa tertawa tentang hari-hari bersama

Tidak pernah berakhir Perlahan pikiranku memegang bernapasku
Aku menutup mata dan menghembuskan napas
Aku ingat hari itu aku sangat menggenggam tangamu
Sampai besok


Selasa, 27 Juli 2010

~Berdiri Sendiri~


Terlihat dalam diriku, hanyalah gumpalan kapas yang basah karena air mata. Yang kupikirkan hanyalah sebuah pikiran bodoh, yang mustahil. Aku memang bukan seorang raja yang bisa mendapatkan seluruh materi, tapi aku punya hati yang dapat merasakan siksaan. Angin membawaku pada sebuah arti, suatu penderitaan yang sebenarnya. Kekelaman yang abadi, cahaya yang hilang untuk selamanya. Kengerian tiada akhir, hanya batas waktu yang dapat menghilangkan semuanya. Aku hanya tak butuh suatu penyesalan, aku tidak ingin dipermainkan lebih lama lagi. Dan hancurkan perisai yang membelenggu hati.

~Persahabatan~


Persahabatan bukanlah sebuah permainan, bukanlah kata-kata untuk diucapkan. Persahabatan itu juga tidak dimulai dari bulan Maret hingga Mei. Persahabatan itu adalah besok, kemarin, dan selamanya...
Karena bulan berkata padaku, jika temanmu tidak mengirim kabar, mengapa tidak kau tinggalkan saja dia. Lalu akupun melihat ke bulan dan berkata, apakah langit pernah meninggalkanmu ketika kamu bersinar...
Selama kita mempunyai harapan, hari esok menunggu. Selama kita masih mempunyai sahabat, hari-hari tidak akan pernah merasa disia-siakan...
Apa yang engkau lihat sebagai kebenaran. Apa yang engkau lihat sebagai kebohongan, mengingatkanku pada persahabatan sejati takkan pernah mati. Mungkin kita dapat berubah & terpisah, tapi aku selalu menghitungmu di dalam hatiku..
Jika teman adalah bunga, aku takkan mengambilmu!
Aku membiarkanmu tumbuh di kebun dengan kasih sayang, kepedulian, dan rasa cinta. Jadi aku dapat menjagamu sebagai sahabatku, selamanya.........

Rabu, 21 Juli 2010

Kehidupan Yang Sirna


Angin menghembus dengan lembut,terbawa oleh kehangatan. Kepedihan yang ternoda, tercipta dengan rasa dendam. Banyak kata-kata yang tak bisa kuucapkan,karena semua itu tiada artinya. Aku hanya terjebak dalam jeruji besi dan sendirian dalam kekelaman abadi, sendirian di dalam kekosongan tiada artinya. Hanya ada titik-titik cahaya, yang tidak dapat menghilangkan kekelaman dalam diriku. Aku merindukan cahaya yang tak kunjung datang. Dan di sinilah aku terkurung.

Penderitaan


Beberapa hal yang aku pikirkan, seperti papan tulis hitam yang tergeletak tak terawat. Hatiku kini berkarat dan ternodai oleh kebencian. Aku berpikir hidup ini sebuah tisu yang kapanpun akan hancur oleh air mata. Tidak ada seorangpun yang mengerti penderitaanku, kecuali orang lain merasakan penderitaan yang sama. Mereka bisa mengerti, tapi tidak bisa memahami. Aku terkurung dalam fana hidup, terkurung seperti burung yang tersiksa.

Mencari Cahaya


Termenung aku di dalam kegelapan. Kegelapan hitam menerangi hidupku, sekejap lalu aku tidak mengerti kehidupan insan. Coretan hidupku hina, bagai ikan berenang tanpa mata. Dimana cahaya akan ku cari di celah kegelapan. Mungkin aku dapat mencari cahaya itu di dalam kegelapan. Sesungguhnya aku coba mancarinya, tetapi mengapa hati ini sangat berat untuk menarik cahaya. Jiwaku senantiasa dihimpit berbagai rasa. Sesungguhnya aku terima dia sebagai dugaan, tapi aku tetap tak mampu melawan.

Serpihan Waktu


Bunga yang mati dan gugur, terbawa oleh waktu. Angan-angan yang hilang oleh waktu yang terlupakan. Hati yang dulu terbungkam, sekarang berubah menjadi serpihan-serpihan pasir yang tak berjiwa. Terbawa oleh waktu dan tertiup angin yang membawanya menghilang. Terjebak sendiri aku dalam kenangan-kenangan waktu. Semua telah berubah, dari waktu yang tak terasa. Aku hanya memejamkan mata, dan semuanyapun telah menghilang. Dalam waktu aku menunggu, dan berharap semua akan kembali. Tapi yang kutunggu hanyalah bintang yang lenyap, dan bulan yang tidak bersinar. Entah kapan serpihan waktu ini akan menghilang.

Pikiran Hatiku


Mungkin hatiku bagimu tak lebih dari sependar cahaya lilin yang redup Bersinar, di tengah ribuan cahaya terang lainnya. Tapi aku minta biarlah cahaya ini tetap menyala di hatimu, karena suatu saat itu akan bersinar lebih terang, disaat cahaya lainnya padam. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu. Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, seperti isyarat yang tak sempat dikirimkan awan kwpada hujan yang menjadikannya tiada. Akan tiba saatnya dimana aku harus berhenti mencintaimu bukan karena putus asa mencintaimu, melainkan karena aku menyadari bahwa kau akan lebih bahagia bila aku melepasmu. Seluruhnya menuntun ke arah yang tak pasti. Kala malam turun menjelang. Anganku tak jua berhenti melayang. Terus mengenbara jauh diselimuti hati yang jenuh. Dalam semakin pekatnya malam, cintakupun bersinar semakin kelam. Meskipun diriku tidak bisa memiliki hatimu, tapi hati ini akan terus menunggumu. Aku akan menjagamu hingga aku menghilang dari dunia ini. Aku tau diriku tak berarti apa-apa bagimu. Aku hanya sehelai tisu yang akan menghilangkan tangismu ketika kau sedih. Aku hanya suatu kegembiraan ketika kau senang. Hidupku tidak berarti tanpa dirimu, meskipun aku tidak bisa memilikimu, tapi hati ini akan terus kau miliki. Senyummu memberi harapan pada hidupku, memberi suatu arti untuk hidupku. Aku melihat sesuatu yang berbeda dari dirimu, hatimu yang memancarkan kecantikan dari dirimu.

Minggu, 18 Juli 2010

Crying Rain


The rain that started falling into the dry asphalt. I coldly wrap up this hand that is mixed with a slight fever. Without seeing the tears I walk turning something into the victim. As a result I even end up betraying you, but you know, it can change I remain like this until I will throw awaymy hope. Always with you I want to see the same dream like you .....

The repeating days are soaking us more and more. Even that painted place of that day, the downpouring night is never stopping to cry. The night is crying....crying.....